Sabtu, 01 Oktober 2011

SEJAUH MANA SEBUAH ALIRAN DIKATAKAN SESAT ?

Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Bismillah, Washshaltu Wassalamu 'ala Rasulillah, Waba'du.

Kesesatan sebuah aliran umumnya bisa dideteksi manakala secara aqidah telah menyimpang dari aqidah ahlussunnah wal jama'ah. Dan apa serta bagaimana aqidah ahlussunnah wal jama'ah itu tentu tidak bisa dengan mudah diuraikan disini.

Penyimpangan dari sudut aqidah misalnya:

a. Tidak mengakui keesaan Allah

b. Tidak mengakui kebenaran Islam atau mengakui bahwa agama selain Islam juga benar.

c. Termasuk juga tidak mengakui bahwa Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir.

d. Mengatakan bahwa Qur'an tidak cocok untuk zaman sekarang atau menafsiri Qur'an hanya untuk kepentingannya sendiri tanpa mengacu kepada metode penafsiran Qur'an yang dibenarkan.

e. Menolak kebenaran hadits (ingkarus sunnah). Dan masih banyak lagi bentuk pemahaman yang menyimpang dari sisi aqidah.

Sedangkan bila dilihat dari sisi syari'ah, paling tidak bila sebuah aliran telah meninggalkan medote istimbath hukum yang telah disepakati oleh para fuqaha, bisa juga dianggap sesat. Misalnya tidak meyakini adanya shalat 5 waktu, tidak meyakini kewajiban puasa, zakat atau haji. Termasuk tidak mengakui kewajiban penerapan hukum Islam.

Untuk bisa mengetahui kesesatan sebuah aliran, memang perlu adanya pendalaman ajaran Islam dengan berguru kepada para ulama yang shalih, diakui keilmuannya oleh dunia Islam dan juga dengan membaca buku-buku yang juga diakui keshahihannya.

Selain itu anda bisa juga membaca buku yang khusus ditulis untuk mengungkap kesesatan sebuah aliran tertentu. Saat ini cukup banyak buku yang sudah ditulis demi memberikan peringatan kepada umat Islam akan bahaya aliran sesat.

Namun ada ciri yang biasanya selalu dimiliki oleh sebuah aliran sesat. Yaitu kecenderungan untuk menutup-nutupi inti ajarannya kepada khalayak umum. Kecuali kepada orang-orang yang dianggap sudah loyal dan siap bertaqlid buta, maka barulah doktrin-doktrin asli kesesatan ajaran itu mulai disuntikkan. Pada saat itu, korban tentu sudah bisa berkutik lagi karena sudah terhipnotis oleh kharisma tokoh atau sosok aliran itu sendiri.

Kedua, aliran sesat hanya bisa tumbuh di kalangan yang awam dengan ajaran Islam. Sebaliknya di kalangan yang lumayan pemahaman Islamnya, aliran sesat dengan mudah bisa dijatuhkan doktrinnya. Karena itu kalau anda ingin terlindung dari aliran sesat, lebih banyaklah bergaul dengan para ulama dan orang-orang yang berilmu.

Wallahu a'lam bishshawab.
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.

Kamis, 22 September 2011

BANDINGKAN CINTA KITA DENGAN CINTA-NYA !

Cinta adalah memberi, dengan segala daya dan keterbatasannya
seorang pecinta akan memberikan apapun yang sekiranya bakal membuat yang
dicintainya senang. Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi seorang pecinta
sejati, meski itu menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi pecinta sejati, senyum dan kebahagiaan yang dicintainya itulah yang menjadi tujuannya.
Cinta adalah menceriakan, seperti bunga-bunga indah di taman yang
membawa kenyamanan bagi yang memandangnya. Seperti rerumputan hijau di
padang luas yang kehadirannya bagai kesegaran yang menghampar. Seperti taburan pasir di pantai yang menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang menawarkan kesejukkan.
Dan seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan kekaguman terhadapnya.
Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia menerangi dengan
setitik nyalanya meski tubuhnya habis terbakar. Hingga titik terakhirnya, ia pun
masih berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang Mentari, meski
terkadang dikeluhkan karena sengatannya, namun senantiasa mengunjungi alam dan segenap makhluk dengan sinarannya. Seperti Bandung Bondowoso yang tak
tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India,
di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja
juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari
cinta.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera
kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih
sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan
kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang
mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih
rendah.
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta.
Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya.
Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa
kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus
berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.
Tentang Cinta itu sendiri, Rasulullah dalam sabdanya menegaskan bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata: "Cinta adalah inti keberagamaan.
Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang
harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah
cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari
cinta saja." Disatu sisi Allah Sang Pencinta sejati menegaskan, jika
manusia-manusia tak lagi menginginkan cinta-Nya, kelak akan didatangkan-Nya
suatu kaum yang Dia mencintainya dan mereka mencintai-Nya (QS. Al Maidah:54). Maka, berangkat dari rasa saling mencintai yang
demikian itu, bandingkanlah cinta yang sudah kita berikan kepada Allah dengan
cinta Dia kepada kita dan semua makhluk-Nya.
Wujud cinta-Nya hingga saat ini senantiasa tercurah kepada kita,
Dia melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai hamba selain kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita. Tuhan melayani
kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita menyembah-Nya seakan-akan ada tuhan selain Dia. Apakah balasan yang kita berikan sebagai imbalan dari Cinta yang
Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan ada Tuhan lain yang kepada-Nya kita bisa melarikan diri. Sehingga kalau kita "dipecat" menjadi makhluk-Nya, kita bisa pindah kepada Tuhan yang lain.
Tahukah, jika saja Dia memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta
yang kita berikan untuk kemudian menjadi pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa yang tetap bersama-Nya di surga kelak, tentu semua kita akan masuk neraka. Jika Dia membalas kita dengan balasan yang setimpal, celakalah kita. Bila Allah
membalas amal kita dengan keadilan-Nya, kita semua akan celaka. Jadi, sekali
lagi bandingkan cinta kita dengan cinta-Nya. Wallahu a'lam

Selasa, 06 September 2011

Pemimpin dalam Islam

"Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya, Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka, seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya. Seorang hamba sahaya adalah penjaga harga tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya. (HR Bukhari)
Beberapa kriteria kepemimpinan dalam islam :

1. Menggunakan Hukum Allah
Dalam berbagai aspek dan lingkup kepemimpinan, ia senantiasa menggunakan hukum yang telah di tetapkan oleh Allah, hal ini sebagaimana ayat ;

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamuberlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". (Qs : 4:59)

Melalui ayat di atas ta'at kepada pemimpin adalah satu hal yang wajib dipenuhi, tetapi dengan catatan, para pemimpin yang di ta'ati, harus menggunakan hukum Allah, hal ini sebagaimana di nyatakan dalam ayat-Nya yang lain :

"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)". (Qs: 7 :3)

"..Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir..." (Qs :5:44)
"..Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim..." (Qs: 5 45)
"..Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.." (Qs: 5 :47)
" Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?". (Qs : 5 :50)

Dan bagi kaum muslimin Allah telah dengan jelas melarang untuk mengambil pemimpin sebagaimana ayat;

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (Qs : 5 : 51)

Dari beberapa ayat diatas, bisa disimpulkan, bahwa pemimpin dalam islam adalah mereka yang senantiasa mengambil dan menempatkan hukum Allah dalam seluruh aspek kepemimpinannya.


2. Tidak meminta jabatan, atau menginginkan jabatan tertentu..
"Sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan ini kepada seseorang yang memintanya, tidak pula kepada orang yang sangat berambisi untuk mendapatkannya" (HR Muslim).

"Sesungguhnya engkau ini lemah (ketika abu dzar meminta jabatan dijawab demikian oleh Rasulullah), sementara jabatan adalah amanah, di hari kiamat dia akan mendatangkan penyesalan dan kerugian, kecuali bagi mereka yang menunaikannya dengan baik dan melaksanakan apa yang menjadi kewajiban atas dirinya". (HR Muslim).

Kecuali, jika tidak ada lagi kandidat dan tugas kepemimpinan akan jatuh pada orang yang tidak amanah dan akan lebih banyak membawa modhorot daripada manfaat, hal ini sebagaimana ayat ;

"Jadikanlah aku bendaharawan negeri (mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan". (Qs : Yusuf :55)

Dengan catatan bahwa amanah kepemimpinan dilakukan dengan ;
1. Ikhlas.
2. Amanah.
3. Memiliki keunggulan dari para kompetitor lainnya.
4. Menyebabkan terjadinya bencana jika dibiarkan jabatan itu diserahkan kepada orang lain.

3. Kuat dan amanah
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (Qs : 28: 26).

4. Profesional

"Sesungguhnya Allah sangat senang pada pekerjaan salah seorang di antara kalian jika dilakukan dengan profesional" (HR : Baihaqi)

5. Tidak aji mumpung karena KKN
Rasulullah SAW, "Barang siapa yang menempatkan seseorang karena hubungan kerabat, sedangkan masih ada orang yang lebih Allah ridhoi, maka sesungguhnya dia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan orang mukmin". (HR Al Hakim).

Umar bin Khatab; "Siapa yang menempatkan seseorang pada jabatan tertentu, karena rasa cinta atau karena hubungan kekerabatan, dia melakukannya hanya atas pertimbangan itu, maka seseungguhnya dia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin".

6. Menempatkan orang yang paling cocok
"Rasulullah menjawab; jika sebuah perkara telah diberikan kepada orang yang tidak semestinya (bukan ahlinya), maka tunggulah kiamat (kehancurannya)". (HR Bukhari).
Dalam konteks hadits ini, setidaknya ada beberapa hal  yang bisa kita cermati,

1. Seorang pemimpin harus bisa melihat potensi  seseorang.
Setiap manusia tentunya diberikan kelebihan dan  kekurangan.Kesalahan terbesar bagi seorang pemimpin  adalah ketika dirinya tidak bisa melihat potensi seseorang dan menempatkannya pada tempat yang  semestinya. Begitu pentingnya perhatian bagi seorang pemimpin terhadap hal ini, maka Rasulullah saw bersabda sebagaiman hadits pada poin 5 di atas.

Ketidakmampuan pemimpin dalam hal ini hanya akan membuat jama'ah atau organisasi yang di pimpinnya  menjadi tidak efektif dan efisien, bahkan tidak sedikit kesalahan pemimpin dalam hal ini menimbulkan kekacauan yang membawa kepada kehancuran.

2. Bisa mengasah potensi seseorang.
Selain ia bisa melihat potensi pada diri seseorang, seorang pemimpin dengan caranya yang paling baik, ia  bisa mengasah potensi mereka yang berada dalam  kepemimpinannya. Mengasah potensi seseorang berbeda dengan "memaksa" seseorang untuk menjadi seseorang yang tidak di inginkannya.

3. Menempatkan seseorang sesuai dengan potensi yang ia  miliki.
"Right man in the right place", adalah ungkapan yang  seringkali kita dengar. Bahwa menempatkan seseorang  itu harus berada pada tempat yang paling tepat bagi orang tersebut serta penugasannya.

4. Mengatur setiap potensi dari mereka yang di pimpinnya menjadi satu kekuatan yang kokoh.
Bangunan yang baik, kokoh dan indah tentunya tidak hanya terdiri dari satu elemen, tetapi terdiri dari berbagai elemen yang ada di dalamnya. Tentunya, penempatan dan penggunaan masing-masing elemen itulah yang sangat mempengaruhi bagaimana sebuah bangunan itu.  Perumpamaan sederhana ini bisa kita gunakan untuk memahami tugas seorang pemimpin dalam menempatkan, menggunakan mereka yang berada dalam kepemimpinannya.

Jumat, 02 September 2011

Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua

Oleh: Sopian

Sumber:
http://edukasi.kompasiana.com/2011/07/09/keutamaan-berbakti-kepada-orang-tua/  
http://haniifa.wordpress.com/2009/12/21/ruang-hati/

Sebuah gejala yang sangat memperihatinkan, banyak kita temukan di masyarakat anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, tidak menghargai kedua orang tua, melecehkan kedua orang tua, bahkan ada yang mencaci maki, memukul dan membunuh kedua orang tuanya, Naudzubillahi min dzalik.

Padahal, apabila si anak menyadari, kedua orang tualah yang melahirkan, mengurus, memberikan nafkah, mendidik dan membesarkan dia sampai dewasa. Karena itu kewajiban si anak adalah taat kepada kedua orang tua, dan harus memenuhi hak kedua orang tua dengan mematuhi perintah dan taat kepada keduanya.
Birrul Walidain (berbakti pada kedua orang tua) adalah salah satu masalah yang penting dalam Islam. Di dalam Al-Quran, setelah memerintahkan manusia bertauhid kepada-Nya, Allah SWT memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua.

Dalam surat Al-Isra [17] ayat 23-24 Allah SWT berfirman,
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik (23). Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil (24).”

Dari ayat di atas terlihat jelas bagaimana penting dan besarnya arti kedua orang tua di sisi Allah SWT. Jika beribadah kepada Allah SWT wajib, maka berbakti kepada kedua orang tua juga wajib. Sebaliknya, kalau ingkar atau durhaka kepada Allah SWT adalah dosa besar, begitu pula terhadap kedua orang tua. Karena itu, berbuat durhaka kepada kedua orang tua merupakan salah satu dosa besar. Abdullah bin Amr berkata:
“Seorang Arab Badui datang lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa itu dosa besar?’ Beliau menjawab, ‘Menyekutukan Allah SWT’. Orang itu bertanya lagi, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Kemudian durhaka kepada kedua orang tua’. Orang itu bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Kemudian sumpah palsu.”

Berbakti kepada kedua orang tua memiliki banyak keutamaan, antara lain: Pertama, berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama.
Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku bertanya kepada Nabi SAW tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah SWT. Nabi SAW menjawab, ‘Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah SWT.

Kedua, ridha Allah SWT tergantung kepada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah SWT tergantung kemurkaan orang tua.
Dari Abdillah bin Amr bin Ash r.a, dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua, dan murka Allah SWT tergantung kepada kemurkaan orang tua.”

Ketiga, berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu dengan bertawasul dengan amal shalih tersebut. Dasarnya adalah hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar, yang menceritakan tiga orang yang terjebak dalam sebuah gua yang tertutup batu besar. Kemudian akhirnya mereka dapat keluar setelah bertawasul kepada Allah SWT dengan amal shalih. Diantaranya adalah seseorang yang berbakti kepada kedua orang tua.

Keempat, Berbakti kepada kedua orang tua akan mengantarkan seseorang masuk ke dalam surga. Sebaliknya, tidak akan masuk surga seseorang yang durhaka kepada kedua orang tua. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Tidak akan masuk surga seorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya….”

Dalam hadis lain disebutkan, Isa bin Thalhah bin Ubaidillah meriwayatkan dari Amr bin Murrah al-Jauhani,
“Bahwasannya seorang laki-laki berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda jika saya melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan, membayar zakat, dan berhaji ke Baitullah; apa yang akan saya dapatkan?’ Beliau menjawab, ‘Siapa yang melakukan demikian, maka dia akan bersama para nabi, orang-orang shiddiq, dan bersama orang-orang yang mati syahid; kecuali jika ia durhaka kepada kedua orang tuanya’.”

Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang taat kepada Allah SWT dengan senantiasa berbakti kepada kedua orang tua. Amin Ya Rabbal Alamin.

Marilah kita bersama-sama memanjatkan do'a untuk kedua orang tua...


 
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ

Bismillaahir rohmaanir rohiim
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

رَبَّنَا اغْفِرْ لِى وَلِوَالِدَىَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

Robbanagh fil lii wa li waalidayya wa lil mu’miniina yauma yaquumul hisaab
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab
امين
Amiin.

Jumat, 15 Juli 2011

Galeri Ta'mir




Rabu, 13 Juli 2011

Aurat Ikhwan

Tips Buat Ikhwan Menjaga Aurat [http://jihadsabili.wordpress.com/2010/12/18/tips-buat-akhwat-dan-ikhwan-agar-auratmu-tidak-tersingkap/]


Aurat laki-laki dengan tidak ada perselisihan adalah dari lutut hingga pusar. Bagian ini adalah bagian tubuh yang mesti kita tutup dengan rapat, agar tidak nampak bentuknya, apalagi nampak kulitnya. Persoalannya kemudian, ikhwah kebanyakan mendapatkan celana mereka dengan membelinya dari toko swalayan atau toko lain yang kebanyakan menjual produk hasil rancangan orang yang tidak mengerti syariat. Alhasil, bentuk maupun bahannya umumnya dapat menampakkan aurat. Pakaian trendi ini dibuat dengan desain yang mengikuti lekuk tubuh yang seharusnya tidak boleh nampak.

Sebagaimana kita tidak suka jika wanita menampakkan lekuk tubuhnya, seharusnya kitapun tidak rela jika aurat kita (apalagi aurat besar) nampak dilihat orang terutama oleh lawan jenis. Jika pakaian semacam ini antum gunakan dalam shalat, tentu lebih tidak pantas lagi, sebab shalat adalah tempat yang seharusnya kita paling jauh dari maksiat.Solusinya, gunakan celana yang gombrang alias longgar. Celana ini mungkin sulit didapatkan, maka akan lebih baik jika antum membuatnya di tukang jahit atau tailor. Dengan membuat celana di tailor, selain antum dapat memesan dengan ukuran yang longgar, antum dapat pula memilih kain sendiri.

Janganlah memilih kain yang terlalu tipis atau terlalu halus sebab kain semacam itu dapat memperlihatkan aurat antum. Sirwal adalah celana yang paling baik antum gunakan jika memang tidak ada tuntutan pekerjaan untuk harus menggunakan pantalon, jika harus pantalon, maka kembali lagi, gunakan pantalon yang tidak membentuk aurat antum. Untuk lebih yakin, gunakan ghamis yang menutupi bagian ‘belakang’ antum terutama dalam shalat. Dengan menggunakan sarung, maka bagian ‘belakang’ antum dijamin tidak akan nampak terutama saat rukuk atau sujud. Sering ana mendapati ikhwan nampak bagian belakangnya saat sujud, bahkan seringkali nampak pula sesuatu di antara dua pahanya. Jika ini terjadi di luar shalat, maka sungguh tidak pantas dan jika terjadi di dalam shalat, maka lebih tidak pantas lagi!

 Hal ini sering tidak disadari oleh si pemakai kaos kaki. Untuk membuktikannya, cobalah minta kepada saudari anti untuk melihat, apakah kulit kaki anti menerawang atau tidak ketika menggunakan kaos kaki. Cobalah berjalan, sebab pada saat itu tumit terangkat. Mintalah saudari anti untuk fokus pada bagian tumit. Di dalam ruangan mungkin tidak terlalu jelas, akan sangat jelas terlihat meski dari jauh ketika berada di luar ruangan.

Berbusana muslimah yang benar dan syar’i adalah kewajiban setiap muslimah. Seorang muslimah yang shalihah tentunya tidak akan melanggar ketentuan ini. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’” (QS. Al Ahzab: 59)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengabarkan dua kaum yang kepedihan siksaannya belum pernah beliau lihat, salah satunya adalah wanita yang memamerkan auratnya dan tidak berbusana yang syar’i. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نساء كاسيات عاريات مميلات مائلات رؤسهن كأسنة البخت المائلة لا يدخلن الجنة ولا يجدن ريحها وإن ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا
“Wanita yang berpakaian namun (pada hakikatnya) telanjang yang berjalan melenggang, kepala mereka bergoyang bak punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan bahkan mencium wanginya pun tidak. Padahal wanginya surga dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Berdasarkan dalil-dalil yang ada, para ulama merumuskan syarat-syarat busana muslimah yang syar’i di antaranya: menutup aurat dengan sempurna, tidak ketat, tidak transparan, bukan untuk memamerkan kecantikan di depan lelaki non-mahram, tidak meniru ciri khas busana non-muslim, tidak meniru ciri khas busana laki-laki, dll.
Maka pilihlah calon istri yang menyadari dan memahami hal ini, yaitu para muslimah yang berbusana muslimah yang syar’i.

Kamis, 30 Juni 2011

Masjid, Pendidikan, dan Remaja

Oleh    : Kahar Mudzakar Al-Banthany
              (Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Siliwangi)
Bismillahi Ar-Rahmani Ar-Rahimi…
Kehidupan pada zaman kini yang bersifat praktis dan serba mungkin telah mengubah cara hidup sebagian besar masyarakat luas, tak terkecuali kaum Muslimin. Kendala ini semakin meruncing ketika terjadinya praktik penyalahgunaan dari individu. Alhasil, banyak di antara kalangan kaum remaja yang terlena menghadapi pergerakan zaman, hingga masuklah mereka ke dalam pola hidup kaum Jahiliyah.
Satu-satunya tempat dimana berintegrasinya pendidikan sosial, pusat kegiatan keislaman, dan jantung masyarakat Islam ialah masjid. Selayaknya, tempat yang merupakan inti mestilah ramai dikunjungi banyak orang. Hal inilah yang mengharuskan masjid menempati posisi yang lebih penting dibandingkan dengan pusat keramaian lainnya, misalnya mall, bioskop, café. Tetapi, alangkah tragisnya ketika pada zaman ini, remaja lebih sering bertandang ke pusat keramaian yang mungkin tidak mempunyai nilai religiusnya sama sekali. Karakter yang masih labil dalam masa remaja, bahkan bimbingan orang tua pun tidak optimal menjadi penyebab rusaknya aqidah dan akhlaq remaja.
Fungsi masjid pun seolah-olah terabaikan dari fungsi utamanya. Jika fungsi masjid sebagai tempat peristirahatan, hal itu masih dapat ditolerir. Yang lebih parah dari hal itu, banyak dari kalangan remaja berduaan di dalam lingkungan masjid dengan tidak mengindahkan adab-adab, seperti saling berpegangan tangan dan bermesraan.
Pada tahun 80-an, belum banyak da’i yang mengumandangkan syi’ar Islam di Indonesia, para kaum hawa belum memahami secara detail fungsi dari jilbab, bahkan konten acara televisi tidak mengusung etika yang jelas. Di zaman itu, pergaulan bebas menjadi trend para remaja. Orang yang gaya hidupnya kebarat-baratan dianggap orang yang mempunyai tingkat kehormatan yang tinggi di mata masyarakat.
Sebaliknya, kaum hawa di Malaysia menjadikan trend berjilbab sejak tahun 80-an. Semakin tinggi tingkat pendidikan kaum hawa, maka semakin sadarlah mereka akan fungsi jilbab itu sendiri. Berbeda dengan Malaysia, Indonesia yang mempunyai ras sama memiliki kaum hawa yang lebih mementingkan kebebasan individu daripada syari’at Islam. Dengan kata lain, sistem pendidikan di Indonesia telah terpengaruhi oleh budaya negatif Barat sehingga meninggalkan syari’at Islam.
            Berputarnya waktu, berputar pula roda kehidupan manusia. Yang muda sudah menua, dan yang jahat mungkin telah berubah menjadi yang baik ataupun sebaliknya. Kaula muda yang kini menjadi orangtua mulai membekali pendidikan dengan caranya masing-masing. Ada di antara mereka (para orangtua) yang masih beranggapan bahwa Baratlah yang dipercaya dapat membawa anak-anaknya menuju kesuksesan, tetapi seiring dengan banyaknya da’i yang berkumandang, tidak sedikit orangtua mulai mengarahkan anaknya terhadap syari’at Islam. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW., hadits riwayat Imam At-Tirmidzi, yang berbunyi: “Dari Jabir bin Samurah Ra. ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.: Kesibukan seseorang mendidik anaknya lebih baik daripada ia memberikan sedekah satu sha’ (satu gantang).”
Yakinlah, jika remaja di Indonesia gemar meramaikan masjid dengan kegiatan keagamaan, niscaya Allah akan merubah derajat bangsa ini menjadi lebih baik.

Semoga Allah selalu melindungi Indonesia dengan jiwa membangun Islam yang kuat dari kaum remajanya. Amin…

Jumat, 17 Juni 2011

Struktur Kepengurusan Ta'mir Priode 2011/2012

Penanggung Jawab : H. Nana Setialaksana, M. Pd

Badan Kehormatan Ta'mir : Tingkat Akhir Perkuliahan dan Alumni Ta'mir

Ketua Ta'mir : Rizky M Ramadhan (PJKR'10)

Sekertaris : Cahyono (Teknik Sipil'09)

Bendahara : Untung Supriadi (Manajemen'10)

Divisi Opreasional Masjid : M. Yusuf Shiddiq (Matematika'10) dan Fajar Wibowo (B. Inggris'10)

Divisi Kaderisasi Ta'mir: Ivan Antonia (B. Inggris'09) dan Asep Wildan (B. Inggris'10)

Divisi Maintenance & Care Inventaris Masjid : Zaeni Mustapa Kamal (B. Indonesia'10)